Untuk mensukseskan program ketahanan pangan di Kota Tasikmalaya, Pemerintah membentuk Dinas baru yaitu Dinas Ketahanan Pangan yang dipimpin oleh seorang kepala dinas dengan misi mewujudkan ketahanan pangan yang tangguh dan berkelanjutan. Dikutip dari website Dinas Ketahanan Pangan Kota Tasikmalaya, Ketahanan Pangan adalah terpenuhinya pangan bagi suatu wilayah yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan.
Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusi guna melakukan aktifitas kehidupan sehari – hari untuk bertahan hidup. Ketersediaan pangan bagi masyarakat mampu menciptakan kestabilan ekonomi dan kehidupan sosial sehingga ketersediaan pangan mempunyai peran yang sangat penting di suatu daerah.
Kabar priangan edisi selasa 5 Desember 2017 memuat berita mengenai kerawanan pangan di Kota Tasikmalaya, menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan sebanyak 32 Kelurahan di tujuh kecamatan yang ada di Kota Tasikmalaya diindikasikan rawan pangan. menurutnya warga tersebut hanya mengandalkan beras, sedangkan untuk konsumsi makanan yang mengandung protein, sayuran dan buah – buahan sangat kurang. artinya komoditas yang dikonsumsi oleh masyarakat cenderung homogen atau tidak beragam.
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) pada tahun 2016 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pola konsumsi makanan di daerah perkotaan mengalami peningkatan tetapi cenderung tidak beragam sehingga rata – rata konsumsi kalori masyarakat masih dibawah standar 2.150 kkal.
Data hasil SUSENAS 2016 wilayah Kota Tasikmalaya menujukkan, untuk warga dengan rata – rata pengeluaran konsumsi 200.000 – 299.000 perkapita per bulan, 24,70 persen digunakan untuk mengkonsumsi komoditas padi – padian (termasuk beras), 25, 65 persen Makanan dan Minuman Jadi (Makanan dan Minuman siap santap), dan 25, 52 persen digunakan untuk konsumsi Tembakau (Roko). Sedangkan untuk komoditas yang mengadung protein, buah – buahan dan sayuran masing – masing dibawah 4,5 persen.
Untuk warga dengan rata – rata pengeluaran konsumsi 300.000 – 499.000 perkapita per bulan, 21,71 persen digunakan untuk konsumsi padi – padian, 30, 88 persen Makanan dan Minuman Jadi, 19, 17 persen Roko, sedangkan untuk komoditas yang mengandung protein, buah – buahan, sayuran masing – masing dibawah 5 persen.
Untuk warga dengan rata – rata pengeluaran konsumsi 750.000 – 999.000 perkapita per bulan, 14, 93 persen digunakan untuk konsumsi padi – padian, 36, 18 persen Makanan dan Minuman Jadi, 17, 28 persen Roko dan untuk komoditas yang mengandung protein, buah – buahan, sayuran masing – masing dibawah 5 persen.
Ada beberapa hal yang patut dicermati. Pertama, dari urutan tiga besar jenis komoditas yang dikonsumsi oleh warga Kota Tasikmalaya pada umumnya yaitu salah satunya adalah konsumsi Roko. Ya, Roko adalah urutan tertinggi ke tiga dari komoditas yang dikonsumsi oleh warga Kota Tasikmalaya setelah Padi – padian dan Makanan dan Minuman Jadi. Data ini memperlihatkan bahwa warga Kota Tasikmalaya masih cenderung lebih besar membelanjakan pengeluarannya untuk mengkonsumsi Roko dibandingkan makanan lain yang mengandung protein, buah – buahan dan sayuran sehingga jenis makanan yang dikonsumsi kurang beragam. Jika kondisi ini dibiarkan berkelanjutan maka dikhawatirkan dapat menimbulkan gejala rawan pangan.
Kedua, dari ketiga golongan rata – rata pengeluaran perkapita per bulan diatas menunjukkan adanya tren yang positif. Semakin besar pengeluaran seseorang maka semakin besar pula keragaman komoditas yang dikonsumsi. Dari urutan tiga besar komoditas yang dikonsumsi masyarakat, semakin besar pengeluaran maka konsumsi Padi – padian mengalami penurunan, pun dengan konsumsi Roko mengalami penurunan juga. Sedangkan untuk konsumsi Makanan dan Minuman Jadi terus mengalami kenaikan, artinya semakin besar penghasilan seseorang maka untuk kebutuhan konsumsi makanan cenderung dilakukan dengan cara yang lebih praktis misalnya membeli makanan yang sudah siap santap. Hal ini bisa diakibatkan salah satunya karena sibuk bekerja.
Sebaliknya, semakin kecil pengeluaran seseorang maka semakin sedikit pula jenis komoditas yang dikonsumsi. Sehingga Pemerintah dalam hal ini perlu ambil bagian untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar jenis komoditas yang dikonsumsi bisa beraneka ragam, terutama untuk mengalihkan dari konsumsi Roko ke konsumsi lainnya yang mengandung protein, buah – buahan dan sayuran serta mengurangi ketergantungan konsumsi karbohidrat hanya dari Beras. Membuat program pemanfaatan lahan pekarangan rumah agar mampu menghasilkan berbagai jenis komoditas yang murah namun tetap bergizi serta menjaga stabilitas harga komoditas makanan agar tetap stabil sehingga mampu dijangkau oleh masyarakat. (*)
2 Responses to "Menyoal Pola Konsumsi Warga Kota Tasikmalaya"
Untuk membaca data lebih enak pakai infografis ya. Mudah2an kedepan dapat ditampilkan infografis dan foto2 yg relevan dengan artikel. Nuhun. Semangat terus...
Terimakasih sarannya kang nur
Post a Comment