MENJELANG LEBARAN,
HARUSKAH HARGA-HARGA NAIK?
Oleh : Rudi Rukhimat
Statistisi Ahli pada BPS Kabupaten Ciamis
Oleh : Rudi Rukhimat
Statistisi Ahli pada BPS Kabupaten Ciamis
Saat
ini sudah memasuki babak akhir pada bulan Ramadhan 1439 H ini, umat muslim
selain disibukkan dengan ibadah untuk berburu pahala di saat yang sama memasuki
pertengahan ramadhan dan menjelang lebaran disibukkan pula dengan berburu
berbagai kebutuhan lebaran. Berbagai kebutuhan mulai dari sembako atau
kebutuhan pangan lainnya sampai membeli pakaian atau berbagai sandang untuk
persiapan lebaran. Walaupun dalam Islam sendiri tidak diharuskan berlebaran
dengan menggunakan pakaian baru, sepatu baru, kerudung baru dan serba baru
lainnya tetapi hal tersebut seolah-olah sudah menjadi tradisi dan suatu
keharusan di masyarakat kita. Sebagai orang tua rasanya masih berhutang bila
tidak membelikan baju baru atau sepatu baru untuk anak-anaknya. Ataupun
membelikan buah tangan untuk kerabat dan saudara kita saat nanti lebaran.
Kondisi seperti inilah yang mendorong terjadinya peningkatan konsumsi rumah
tangga di masyarakat saat ramadhan terlebih
lagi menjelang lebaran.
Baca juga : Menyoal Inflasi Jabar di Awal Tahun 2018
Disaat
terjadi peningkatan konsumsi rumah tangga tentunya akan meningkatkan jumlah
permintaan terhadap barang-barang yang dibutuhkan. Kondisi permintaan yang
tinggi ini menjadi sebuah peluang bagi para produsen, baik para petani sebagai
produsen utama di bahan pangan ataupun produsen-produsen di sektor lainnya
untuk mampu memenuhi permintaan masyarakat yang tinggi ini dengan menyediakan
produk sebanyak-banyaknya sesuai kondisi permintaan yang tinggi menjelang
lebaran. Masalah permintaan yang tinggi di masyarakat seringkali terkendala
dengan terbatasnya ketersedian barang-barang di pasaran. Terbatasnya
ketersediaan barang tentunya akan mempengaruhi terhadap harga barang tersebut.
Hal ini tentunya sesuai dengan teori ekonomi yang menyatakan harga suatu barang
sangat dipengaruhi oleh kondisi permintaan (demand)
dan penawaran (supply).
Permintaan tinggi
ketersediaan barang terbatas, harga jadi tinggi
Salah
satu penyebab terjadinya kenaikan harga adalah terjadinya keterbatasan atas
tersedianya barang-barang yang dibutuhkan di pasaran. Hal ini terutama sangat
terasa pada produk-produk hasil pertanian yang menjadi bahan pangan pokok. Bila
kita lihat tren grafik inflasi pada tiga tahun sebelumnya (2015-2017), inflasi yang
cukup tinggi terjadi pada bulan-bulan yang bertepatan dengan Bulan Ramadhan dan
saat lebaran. Berdasarkan data BPS untuk inflasi Indonesia Tahun 2015-2017, besaran
inflasi pada tahun 2017 di Bulan Mei mengalami kenaikan menjadi 0,39% dari
sebelumnya 0,09% di Bulan April dan terus mengalami kenaikan inflasi pada Bulan
Juni menjadi 0,69% dan baru mengalami penurunan kembali pada Bulan Juni tingkat
inflasi menjadi 0,22%. Begitupun pada tahun 2016 kenaikan harga-harga terjadi
pada Bulan Juni dari 0,2% pada Bulan Mei menjadi 0.7%, begitupun di Bulan Juli
terjadi inflasi sebesar 0,7% dan kembali turun pada Bulan Agustus 2016.
Sedangkan pada Tahun 2015 terjadi inflasi yang cukup tinggi pada bulan Mei –
Agustus (Mei=0,5%, Juni = 0,5%, Juli = 0.9%, Agustus = 0.39%). Data tersebut menggambarkan
kenaikan inflasi sering terjadi di waktu-waktu bulan ramadhan dan menjelang
lebaran. Selain tren kenaikan di bulan ramadhan dan menjelang lebaran, grafik
inflasi tiga tahun terakhir juga menunjukan terjadi pola kenaikan inflasi pada
moment-moment tertentu seperti menjelang Idul Adha, Natal dan libur panjang (long weekend) di akhir tahun serta
akibat terjadinya kenaikan harga bahan bakar minyak atau terjadinya kenaikan
tarif dasar listrik (TDL). Secara umum, dari tujuh kelompok pengeluaran rumah
tangga andil terbesar inflasi terjadi pada kelompok bahan makanan, diantaranya
merupakan produk-produk hasil pertanian.
Grafik
Inflasi Indonesia Tahun 2015-2017
Produk-produk
hasil pertanian, seperti beras, sayuran, buah-buahan, telur, daging dan sejenisnya
memiliki keistimewaan dibandingkan dengan produk-produk hasil industri atau sektor
lainnya. Dimana ketersediaan produk-produk hasil pertanian sangat dipengaruhi
oleh kondisi alam dan juga memerlukan waktu tertentu yang cukup panjang dalam
proses produksinya. Sebagai contoh
untuk mendapatkan beras, petani harus melalui proses penanaman, kemudian panen
dan diolah menjadi beras. Selama proses produksi tersebut bisa saja terjadi
kendala misalnya terjadi akibat adanya kekurangan air, serangan hama, penyakit
tanaman dan sebagainya. Keadaan seperti ini menyulitkan produsen dalam menjamin
kepastian ketersediaan produk-produk hasil pertanian.
Terhambatnya
distribusi, mendorong harga menjadi naik
Bila
saluran distribusi dari produsen kepada konsumen terhambat, tentunya akan
mengurangi ketersediaan barang di pasaran. Barang yang tersedia menjadi sedikit
dan tentunya akan berpengaruh terhadap kenaikan harga barang tersebut.
Baca juga : Fenomen Menjelang Bulan Ramadan
Tradisi
mudik atau pulang kampung di negeri kita, ternyata menjadi tantangan tersendiri
dalam proses distribusi barang. Menjelang lebaran seringkali terjadi kemacetan
kendaraan sehingga berpengaruh juga terhadap kendaraan-kendaraan pengangkut
barang, sehingga pengiriman barang menjadi terhambat sampai ke konsumen. Bisa
dibayangkan apabila produk yang diangkutnya adalah sayuran yang rentan
terjadinya kebusukan, bila tertahan dijalanan 1-2 hari saja akan sangat
mempengaruhi terhadap kualitas sayuran tersebut. Rantai pemasaran yang panjang
pun sedikit banyaknya turut andil dalam hal ini. Rantai pemasaran agar produk
hasil pertanian bisa sampai ke konsumen itu cukup panjang, mulai dari produsen
kemudian masuk ke pengepul dilanjutkan ke sub agen kemudian ke agen yang lebih
besar setelah itu baru masuk ke distributor dan barulah produk tersebut bisa
sampai ke konsumen. Dengan panjangnya rantai pemasaran tersebut tentunya akan
terjadi cost added (penambahan nilai
harga) pada setiap rantai pemasarannya tersebut, sehingga harga di tingkat
petani dengan harga yang sampai kepada konsumen akan berbeda cukup jauh.
Baca juga : Inflasi Kota Tasikmalaya Tergerek Harga Beras
Selain
itu masih banyak faktor-faktor lain yang dapat menjadi penghambat saluran
distribusi lainnya, seperti kondisi sarana dan prasarana pendukung, terjadinya
bencana alam dan sebagainya.
Itulah
beberapa penyebab terjadinya siklus tahunan kenaikan harga-harga di bulan
ramadhan dan menjelang lebaran. Tentunya masih banyak faktor-faktor lainnya
yang bisa menjadi penyebab kenaikan harga-harga. Tetapi secara umum, kedua hal
tadi di atas mampu menjadi faktor penyebab harga-harga barang di pasaran
menjadi naik.
Tentunya
peristiwa musiman ini sudah menjadi perhatian dari pemerintah, agar harga-harga
di pasaran dapat terkendali dan berada diambang batas stabil. Hal ini terlihat
dari tren data inflasi dari tahun ke tahun terutama menjelang lebaran di setiap
tahunnya relatif cukup stabil. Tentunya kita pun berharap di tahun ini tidak
terjadi lonjakan harga-harga yang tinggi. Sehingga kita dapat lebih memfokuskan
diri berburu pahala di bulan suci ramadhan ini sebanyak-banyaknya agar kelak
saat Idul Fitri tiba, kita terlahir sebagai manusia baru yang memiliki
ketaqwaan kepada Allah SWT. Aamiin.
0 Response to "Menjelang Lebaran, Haruskah Harga - Harga Naik "
Post a Comment