Memaknai
Hari Statistik Nasional
Oleh : Rudi Rukhimat
Statistisi Ahli Pertama pada BPS Kabupaten Ciamis
Tidak
banyak yang tahu, bahwa di Bulan September ada satu hari yang bersejarah, yaitu
Hari Statistik Nasional (HSN) yang diperingati setiap tanggal 26 September. Hanya
segelintir orang saja yang tahu akan hari bersejarah ini. Memang HSN selama ini
tidak diperingati secara meriah oleh masyarakat umum, hanya diperingati di
kantor-kantor Badan Pusat Statistik saja baik dari tingkat pusat sampai daerah.
Jangankan memperingati HSN, mendengar kata statistik saja masih banyak yang
kurang familiar. Statistik selama ini hanya dikenal di kalangan akademisi dan
para statistisi. Padahal statistik ini tidak bisa terlepas dari kehidupan
sehari-hari. Ibu-ibu di rumah pun setiap harinya menggunakan metode statistik
dalam membuat masakan. Memastikan rasa semangkok masakan dengan mencicipi
sesendok kecil masakan merupakan contoh kecil dalam menerapkan metode sampling dalam ilmu statistik. Terlebih
dalam kehidupan yang lebih luas, seperti dalam sebuah pemerintahan peranan
statistik tentunya sangat besar.
Sejarah Hari Statistik
Nasional
Menilik
ke masa lalu, penetapan HSN berawal dari diundangkannya Undang-Undang (UU)
Nomor 7 Tahun 1960 tentang Statistik sebagai pengganti Statistiek Ordonnantie 1934 pada tanggal 26 September 1960 sebagai
upaya pemenuhan kebutuhan bagi penyusunan perencanaan Pembangunan Semesta
Berencana. UU tersebut secara rinci mengatur penyelenggaraan statistik dan
organisasi Biro Pusat Statistik.
Baca juga : Hari Statistik Nasional
Selanjutnya,
Presiden RI pada Agustus 1996 menetapkan tanggal diundangkannya UU Nomor 7
Tahun 1960 tentang Statistik tersebut sebagai ”Hari Statistik Nasional”.
Alasannya, bahwa kelahiran Undang-Undang tersebut merupakan titik awal
perjalanan BPS dalam mengisi kemerdekaan di bidang statistik yang selama ini
diatur berdasarkan sistem perundang-undangan kolonial. Kemudian, Pemerintah RI
menetapkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik, sebagai
pengganti Undang-Undang Nomor 6 dan 7 Tahun 1960.
Peran Penting Statistik
Membangun
itu mahal, tapi akan lebih mahal lagi membangun tanpa data. Sebuah rencana
pembangunan tentunya harus memiliki dasar. Dasar itulah yang memberikan
gambaran ke depannya pembangunan seperti apa yang diinginkan, sasaran
pembangunannya siapa dan untuk apa harus dilakukan suatu pembangunan. Semua itu
harus tergambarkan dulu dalam sebuah deretan data dan angka.
Kita
sering mendengar tentang sebuah indeks mengenai pembangunan, yaitu Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Sebuah angka IPM ini seringkali menjadi tolak ukur
keterbandingan akan keberhasilan suatu pembangunan antar daerah. Dari mana
munculnya angka IPM tersebut? Tentunya ini merupakan hasil dari sebuah kerja
keras para insan statistik dalam memotret data di lapangan, untuk menggambarkan
suatu indeks pembangunan di suatu wilayah. Masih banyak lagi, indikator-indikator
strategis yang menjadi tolak ukur bagi para pemangku kepentingan dalam
melakukan evaluasi dan perencanaan pembangunan yang baik ke depannya. Seperti Gini Ratio, Angka Ketergantungan, Laju
Pertumbuhan Penduduk, Laju Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, Tingkat Pengangguran dan
lainnya. Semuanya itu merupakan indikator-indikator strategis yang dihasilkan
dari sebuah kegiatan statistik.
Mengenal Sensus dan
Survei
Sensus
merupakan cara pengumpulan data apabila seluruh elemen populasi diselidiki satu
per satu. Data yang diperoleh disebut data yang sebenarnya (true value). Saat ini dikenal ada 3
kegiatan sensus yang dilakukan di Indonesia, yaitu Sensus Penduduk, Sensus
Pertanian dan Sensus Ekonomi. Semuanya dilakukan setiap 10 tahun sekali. Sensus
Penduduk dilakukan setiap tahun yang berakhiran 0, Sensus Pertanian
dilaksanakan pada tahun yang berakhiran 3 dan Sensus Ekonomi dilakukan pada
tahun yang berakhiran 6.
Sedangkan
survei sama-sama cara pengumpulan data hanya saja tidak semua elemen diselidiki,
yaitu dengan menggunakan metode sampling,
dari sample yang diambil dapat
merepresentasikan populasi yang ada. Banyak jenis survei yang dilakukan oleh
BPS sebagai lembaga pemerintah non departemen yang membidangi statistik ini,
antara lain Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), Survei Angkatan Kerja
Nasional (SAKERNAS), Survei Industri dan lain-lain. Ada yang bersifat bulanan,
triwulanan, semesteran dan tahunan.
Menghasilkan Sebuah
Data itu Sulit
Untuk
menghasilkan sebuah deretan angka itu tidaklah mudah tentunya memerlukan
rangkaian proses yang harus ditempuh. Salah satu proses yang paling penting
dalam menghasilkan sebuah data statistik adalah pengumpulan data. Petugas di
lapangan menemui para responden dengan berbagai macam karakter. Mulai dari
responden rumah tangga, responden suatu lembaga atau institusi, responden
perusahaan semuanya harus dihadapi. Tidak sedikit para insan statistik yang
mengalami penolakan dari para responden bahkan ada juga yang mengusirnya. Ada
juga responden yang tidak memberikan data sebenarnya. Hal ini dikarenakan masih
banyak yang belum peduli tentang pentingnya data.
Baca juga : "Pahlawan Data"
Ada
dua hal yang mempengaruhi kualitas data. Pertama, petugas. Untuk meningkatkan
kualitas petugas statistik, dilakukan berbagai pelatihan agar dapat meminimalisir kesalahan. Kedua, responden. Jawaban responden sebagai sumber data, berpengaruh
terhadap data yang dihasilkan. Seandainya responden memberikan jawaban tidak
sebenarnya, tentunya data yang dihasilkan tidak akan menggambarkan kondisi
sebenarnya, sehingga bila dijadikan pijakan sebuah keputusan akan menjadikannya
tidak sesuai dengan harapan.
Oleh
karena itu, pada moment HSN ini kita
bersama-sama bergandeng tangan menghasilkan data yang akurat. Insan statistik
maupun seluruh elemen bangsa yang merupakan responden-responden pemberi sumber
data agar memahami lagi makna sebuah angka, makna sebuah indikator statistik yang
menjadi landasan pembangunan Indonesia yang lebih baik dengan memberikan data
sesungguhnya yang akurat dan terpercaya. Dengan data tingkatkan prestasi
bangsa.
Selamat
Hari Statistik Nasional Tahun 2018.
0 Response to "Memaknai Hari Statistik Nasional"
Post a Comment