Waspadai Kenaikan Harga dan Inflasi Menjelang Bulan Ramadan

Waspadai Kenaikan Harga dan Inflasi Menjelang Bulan Ramadan

Waspadai Kenaikan Harga dan Inflasi Menjelang Bulan Ramadan

Oleh : Kosih Kosasih

Dua bulan lagi kita akan menghadapi bulan Ramadan. Jika melihat data tahun – tahun sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat mencatat Inflasi menjelang bulan Ramadan tren-nya selalu tinggi. Hal ini tidak lepas dari kenaikan harga – harga komoditas barang yang dikonsumsi oleh masyarakat.

Apabila dilihat dari pola konsumsi, menjelang bulan Ramadan, masyarakat pada umumnya cenderung menjadi konsumtif. Hal ini mendorong naiknya tingkat konsumsi masyarakat secara umum. Akibatnya, permintaan barang akan naik, imbasnya harga – harga ikut naik dan pada akhirnya Inflasi pun jadi naik.

Berdasarkan data Inflasi tahun 2017, pada bulan Ramadan, beberapa kelompok barang mengalami Inflasi. Seperti kelompok bahan makanan mengalami Inflasi sebesar 0,83 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,60 persen, dan kelompok sandang sebesar 1,50 persen.
Hasil pemantauan harga barang dan jasa selama bulan Ramadan, tercatat beberapa komoditas barang mengalami kenaikan harga dan memberikan andil terhadap Inflasi khususnya harga kebutuhan pokok. Komoditas tersebut diantaranya bawang merah, daging ayam ras, kentang, tomat sayur, dan kue kering berminyak.
Kondisi yang sama pun terjadi pada tahun 2016, kenaikan harga kebutuhan pokok menjelang bulan Ramadan dialami oleh komoditas daging ayam ras, telur ayam ras, kentang, beras, wortel, jengkol, petai, dan nasi.

Sebagaimana kita ketahui, awal tahun 2018 lalu komoditas beras mengalami kenaikan yang tidak normal, hal ini cukup berpengaruh secara signifikan terhadap Inflasi, sehingga Inflasi tujuh Kota yang ada di Jawa Barat pada bulan Januari 2018 mengalami kenaikan. Tingkat Inflasi tertinggi yaitu Kota Cirebon sebesar 1,01 persen, sedangkan terendah di Kota Depok yaitu sebesar 0,68 persen.
Berdasarkan hasil survei sosial ekonomi nasional (Susenas) September 2017, kelompok padi – padian (termasuk beras) merupakan salah satu komoditas dengan jumlah pengeluaran tertinggi masyarakat Jawa Barat. Selain itu, beras juga merupakan komoditas penyumbang tertinggi tingkat kemiskinan di Jawa Barat. Hal ini diakibatkan karena konsumsi komoditas beras cukup tinggi dibandingkan komoditas lainnya. Sehingga, adanya kenaikan harga beras tentu sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat dan Inflasi.
Baru – baru ini pun media memberitakan adanya kenaikan harga eceran komoditas cabai di pasar – pasar tradisional. Lonjakan harga mulai terjadi sejak awal Maret 2018. Harga cabai merah dan cabai keriting merangkak naik dari Rp. 40.000 menjadi Rp. 44.000/kg bahkan ada yang mencapai Rp. 45.000/kg.

Meningkatnya harga komoditas barang tertentu pasti akan berdampak terhadap harga komoditas lain. Sebagai contoh, kenaikan harga cabai merah akan berimbas pada naiknya harga makanan yang bahan dasarnya menggunakan cabai merah. Akibatnya harga makanan tersebut ikut naik.

Selain itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar yang cenderung stagnan di dua bulan terakhir yaitu disekitaran Rp. 13.700/dolar, tentu berpengaruh terhadap biaya produksi. Melemahnya nilai rupiah terhadap dolar akan mengakibatkan harga bahan baku impor merangkak naik.

Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Barat Dedy Widjaja, Bagi industri yang berorientasi ekspor, meningkatnya harga bahan baku impor bukanlah kabar yang menggembirakan. Alasannya, dengan harga bahan baku yang meningkat, otomatis memengaruhi biaya yang dikeluarkan. Apalagi, diakuinya saat ini impor bahan baku kian sulit karena diperketat. Artinya, mau tidak mau harga jual harus dinaikkan. Tetapi pertanyaannya, apakah daya beli masyarakat cukup kuat?(Pikiran Rakyat, Rabu 21/03/2018).

Berkaca pada hal diatas, maka kenaikan Inflasi menjelang bulan Ramadan harus diwaspadai oleh pemerintah, karena pola kenaikan harga – harga barang menjelang bulan Ramadan selalu terjadi pada setiap tahun, terutama harga kebutuhan pokok.

Kuncinya adalah Pemerintah harus bisa menjaga daya beli masyarakat agar tidak tergerus oleh Inflasi dengan membuat terobosan kebijakan yang berkelanjutan. Karena permintaan barang menjelang bulan Ramadan selalu menjadi yang tertinggi selain hari besar lainnya, maka hal ini harus dapat diantisipasi oleh Pemerintah sedini mungkin. Pemerintah harus melakukan langkah – langkah preventif untuk menjaga stabilitas harga serta stok barang terutama kebutuhan pokok, agar harga komoditas barang dapat dijangkau oleh masyarakat terutama golongan ekonomi rendah.
Untuk menjaga daya beli masyarakat, Pemerintah dapat melakukan langkah – langkah seperti melakukan pemantauan harga kebutuhan pokok di pasar induk untuk mencegah ketidaksesuaian harga, Menyediakan stok kebutuhan pokok yang memadai untuk menghindari terjadinya kelangkaan barang. Selain itu, jika harga terlanjur merangkak naik maka Pemerintah dapat menyelenggarakan pasar murah untuk menekan harga barang. Dan yang terakhir adalah melakukan operasi pasar untuk memastikan harga barang tetap normal.

Dengan mewaspadai fenomena kenaikan harga dan Inflasi yang terjadi setiap tahun sedini mungkin, diharapkan daya beli masyarakat dapat lebih terjaga. Sehingga harga – harga barang terutama kebutuhan pokok dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat terutama golongan ekonomi rendah.(*) 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Waspadai Kenaikan Harga dan Inflasi Menjelang Bulan Ramadan"