Fenomena Inflasi Menjelang Bulan Ramadan

Fenomena Inflasi Menjelang Bulan Ramadan

Fenomena Inflasi Menjelang Bulan Ramadan
Oleh : Kosih Kosasih

Seperti sudah menjadi tradisi setiap tahun, Inflasi menjelang bulan Ramadan selalu lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Harga bahan pokok yang melambung tinggi menjadi pemicu melonjaknya Inflasi. Selain kelangkaan stok barang, hal ini pun dipengaruhi oleh pola konsumsi masyarakat yang lebih konsumtif.

Tetapi keadaan ini berbeda dengan Inflasi menjelang bulan Ramadan tahun 2018, Badan Pusat Ststistik (BPS) Jawa Barat mencatat Inflasi sepanjang bulan April sebesar -0,04 persen atau istilah lain disebut deflasi sebesar 0,04 persen. Dari tujuh kota IHK di Jawa Barat pun, empat kota diantaranya mengalami deflasi, seperti Bekasi (-0,36 persen), Depok (-0,15 persen), Cirebon (-0,08 persen), dan Tasikmalaya (-0,10 persen). Sedangkan tiga kota IHK yang mengalami Inflasi diantaranya Bogor (0,19 persen), Sukabumi (0,03 persen), dan Bandung (0,27 persen).
Dikutip dari Berita Resmi Statistik No. 21/05/32/Th. XX, 2 Mei 2018, pada bulan April 2018 Jawa Barat mengalami deflasi sebesar 0,04 persen atau terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 130,79 menjadi 130,74. Dengan demikian laju Inflasi tahun kalender “year to date” (Januari – April 2018) sebesar 1,45 persen dan laju Inflasi dari tahun ke tahun “year to year” (April 2018 terhadap April 2017) tercatat sebesar 3,70 persen.

Dari tujuh kelompok pengeluaran, kelompok Bahan Makanan mengalami deflasi sebesar 0,75 persen dengan beras sebagai komoditas penyumbang deflasi tertinggi. Sementara enam kelompok pengeluaran lainnya mengalami Inflasi. Diantaranya, (1) kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (0,15 persen), (2) kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar (0,12 persen), (3) kelompok Sandang (0,34 persen), (4) kelompok Kesehatan (0,09 persen), (5) kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga (0,17 persen), dan (6) kelompok Transpor, Komunikasi dan Keuangan (0,15 persen).

Dari tujuh kelompok pengeluaran, laju Inflasi (year to year) tertinggi dialami oleh kelompok Sandang sebesar 5,89 persen, disusul kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga sebesar 5,24 persen, kemudian kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 5,20 persen, kelompok Bahan Makanan sebesar 4,73 persen, kelompok Kesehatan sebesar 3,70 persen, kelompok Traspor, Komunikasi dan Jasa Keuangan sebesar 2,54 persen, dan terakhir kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar sebesar 1,98 persen.

Bila dilihat menurut andilnya terhadap Inflasi/Deflasi sepanjang tahun 2018, andil tertinggi diberikan oleh kelompok Bahan Makanan sebesar 0,63 persen, disusul kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau sebesar 0,30 persen, kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar sebesar 0,15 persen, kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan sebesar 0,14 persen, kelompok Sandang sebesar 0,10 persen, kelompok Kesehatan sebesar 0,06 persen, dan kelompok kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga sebesar 0,05 persen.

Hasil pemantauan harga barang dan jasa selama April 2018, beberapa komoditas barang yang mengalami penurunan harga dan memberikan andil deflasi signifikan adalah beras, bayam, cabe rawit, daging ayam ras, melon, ikan mas, minyak goreng, cumi – cumi, kentang, tarip taksi, dan buncis. Sedangkan komoditas barang yang mengalami kenaikan harga dan memberikan andil Inflasi diantaranya bensin, rekreasi, pisang, kontrak rumah, air kemasan, bawang merah, jengkol, tahu mentah, sepatu, besi beton dan semangka.
Sementara itu, besarnya andil Deflasi sepanjang bulan April 2018 diberikan oleh kelompok Bahan Makanan sebesar 0,16 persen, sedangkan andil Inflasi diberikan oleh kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 0,03 persen, kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar sebesar 0,03 persen, kelompok Sandang sebesar 0,02 persen, kelompok Kesehatan sebesar 0,00 persen, kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga sebesar 0,01 persen dan kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan sebesar 0,03 persen.

Inflasi/ Deflasi pada bulan April 2018, disinyalir dipengaruhi oleh masuknya masa panen raya di berbagai daerah sehingga harga komoditas bahan makanan khususnya beras turun secara signifikan. Selain itu permintaan komoditas sandang yang meningkat juga cukup memengaruhi Inflasi/ Deflasi di Jawa Barat.

Ispeksi Mendadak (Sidak)
Beberapa hari yang lalu, tepatnya Rabu (2/5/2018) satuan tugas (Satgas) pangan di daerah Pariangan Timur sudah melakukan inspeksi mendadak (Sidak) di masing – masing pasar induk untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan harga barang khususnya kebutuhan pokok serta mamantau stok barang agar relatif aman menjelang bulan Ramadan.

Hasilnya, Satgas pangan secara umum menilai, harga bahan pokok masih dalam keadaan stabil. Meskipun ada beberapa harga komoditas bahan pokok yang mengalami kenaikan harga. Namun, kenaikan harga tersebut masih dalam batas kewajaran.
Satgas Pangan akan terus memantau secara berkala dibeberapa pasar untuk memastikan harga kebutuhan pokok seperti Cabai, daging ayam, telur ayam, beras, daging sapi, serta bumbu dapur agar harganya tetap stabil. Selain itu, Satgas Pangan menghimbau kepada para spekulan termasuk pedagang untuk tidak menimbun barang dalam jumlah banyak dengan sengaja untuk dijual di Bulan Ramadan dengan tujuan mendapatkan keuntungan sebesar – besarnya.

Walaupun pada April 2018 Jawa Barat mengalami deflasi 0,04 persen, hal ini tetap harus diwaspadai, karena Inflasi gabungan Januari – April 2018 sebesar 1,45 persen merupakan Inflasi tertinggi sejak tahun 2014. Oleh karena itu, semua pihak harus terlibat guna mengantisipasi kenaikan harga kebutuhan pokok serta menjaga stok barang tetap normal sehingga lonjakan Inflasi dapat ditekan.(*)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Fenomena Inflasi Menjelang Bulan Ramadan"